Denpasar (Metrobali.com)-
Tokoh muda Bali dan juga Caleg DPRD Provinsi Bali Dapil Kabupaten Buleleng nomor urut 4 dari Partai Golkar Agung Bagus Pratiksa Linggih yang akrab disapa Ajus akhirnya berhasil lolos Ke DPRD Bali pada Pemilu 2024 ini dengan perolehan suara mencapai 12 ribu lebih. Dengan begitu Golkar berhasil mengamankan 2 kursi DPRD Bali Dapil Buleleng yakni Ajus Linggih sebagai pendatang baru dan caleg petahana IGK Kresna Budi.
Kasat Reskrim dan 5 Kapolsek Sertijab di Halaman Mapolres Kediri
Upacara Sertijab saat berlangsung di halaman Mapolres Kediri. (dok/Budi Arya) KEDIRI | duta.co – Kapolres Kediri AKBP Agung Setyo Nugroho S.I.K memimpin upacara serah terima jabatan Kasat Reskrim, 5 Kapolsek serta pengukuhan Kasi Propam dan T.I.K. Upacara Sertijab itu dilaksanakan di halaman Mapolres Kediri, Rabu (4/10/2023). Agung Bagus Pratiksa Linggih (TN 19), Pemimpin Muda Asal Buleleng Dorong Percepatan Bandara9/1/2024 TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Agung Bagus Pratiksa Linggih atau yang akrab disapa Ajus Linggih merupakan sosok anak muda yang sudah banyak berkarir di dunia politik dan organisasi anak-anak muda.
Ajus Linggih saat ini menjadi Ketua Umum Pengprov Wushu Indonesia (WI) Bali periode 2022-2026, Ketua DPD Angkatan Muda Pembaharuan Indonesia (AMPI) Provinsi Bali 2021-2026 dan Bendahara Umum HIPMI Bali 2020- 2023. Kini ia maju menjadi salah satu anak muda yang berkompetisi memperebutkan kursi DPRD Bali dari Dapil Kabupaten Buleleng. Majunya nama Agung Bagus Pratiksa Linggih pada Pemilu 2024, turut menyoroti sang Ayah, Gde Sumarjaya Linggih, yang merupakan politisi senior Golkar. Gde Sumarjaya Linggih kini kembali berkompetisi memperebutkan kursi DPR RI pada Pemilu 2024. Keseharian Ajus Linggih Kesibukan sehari-hari Ajus Linggih saat ini yaitu menjalankan berbagai bidang bisnis di Buleleng. Diantaranya merintis pabrik minuman, bakery hingga advertising. Jiwa bisnis Ajus Linggih ini sejalan dengan jurusan kuliah yang ia ambil di Manchester, UK yaitu jurusan International Business and Finance. Dalam podcast bersama Tribun Bali, Ajus Linggih mengungkap pesan yang selalu diingat dari sang ayah. “Yang pertama selalu ngajarin bahwa ada yang namanya hak ada yang namanya kewajiban. Ketika kewajiban itu sudah dilaksanakan baru boleh menuntut hak,” “Yang kedua memang kalau ya namanya banyak saudara biasanya banyak berantem,” ungkapnya saat podcast bersama Tribun Bali. Sementara itu, ia juga berbagi mengenai pesan sang ibunda yang telah meninggal bahwa sembahyang adalah hal nomor satu serta jangan lupa bersyukur. Ajus Linggih juga mengungkap alasannya mencalonkan diri di Dapil Buleleng. Ia tak menampik alasannya terjun ke dunia politik tak lepas dari kekagumannya kepada sosok sang ayah. Namun, bukan itu alasan utamanya. “Yang saya lihat, Bali itu butuh yang namanya keseimbangan politik,” “Tidak bisa satu partai itu menguasai lebih dari 50 persen parlemen. Karena itu akan kembali seperti zaman orde baru,” ungkapnya. “Jadi karena di sini kebetulah politiknya tidak seimbang, jadi pengen sekali masuk ke politik itu,” katanya. Selain itu, ia juga mengatakan banyak sekali gagasan yang ingin ia perjuangkan, berbekal pengalaman di luar negeri. Ia mengatakan melihat situasi Bali yang sekarang, ingin berjuang untuk Bali. “Apalagi saat kemarin Covid, dari berita yang kita dapat lima tahun belakangan ini angka kemiskinan tertinggi itu di Buleleng,” “Dan secara rasio pun meningkat. Berarti kan ada yang salah. Sedangkan kita ngomong punya gubernur orang Buleleng selama 15 tahun,” ungkapnya. Ajus pun menyinggung pembangunan bandara di Buleleng yang sudah sempat direncanakan namun akhirnya gagal. Terkait pemerataan ekonomi menurutnya permasalahan utama di Buleleng adalah aksesibilitas. “Banyak orang berpikir gimana caranya kita untuk lebih kreatif menggaet tamu-tamu. Sedangkan permasalahan inti permasalah ekonomi itu aksesibilitas,” tuturnya. “Jadi aksesibilitas itu bisa dalam bentuk kereta cepat, ataupun dengan bandara Bali Utara,” tambah Ajus Linggih. “Tentunya kita harus mengecek secara visibilitasnya bagaimana terkait kereta cepat, namun paling tidak aksesibilitas antar kabupaten ini harus jelas,” “Target saya malah kalau negara maju itu 100 km kurang lebih ditempuh dalam waktu satu jam, jadi seharusnya menuju Buleleng itu maksimal satu jam,” “Sehingga turis di Bali akan terpencar,” paparnya. Sebab menurutnya, sebenarnya jarak dari Denpasar ke Buleleng cenderung pendek, yaitu sekitar 80 km hingga 90 km, namun membutuhkan jarak tempuh hingga 3 jam. Ajus pun menyoroti pesona keindahan alam di Buleleng yang sebenarnya tak kalah dari Seminyak dan Kuta. Di Lovina, turis bisa menikmati suasana pantai, matahari terbit, matahari terbenam hingga lumba-lumba. Sedangkan di wilayah Seminyak maupun Kuta, hanya ada pantai dan daya tariknya Matahari Terbenam namun karena dekat dengan bandara membuat turis lebih mudah untuk menjangkaunya. Sementara terkait kereta cepat, menurut Ajus hal tersebut bisa menyelesaikan tiga masalah di Buleleng. Yang pertama terkait pemerataan ekonomi, yang kedua masalah sustainability di mana kita tidak bisa terus bergantung pada kendaraan pribadi, dan yang ketiga upaya untuk mempertahankan budaya Bali. “Kalau kita bicara tentang budaya, jika kita menilik dari kamus bahasa, artinya kan kebiasaan masyarakat,” “Bagaimana caranya mempertahankan budaya jika ekonomi terpusat (di Bali Selatan)?” “Kalau misalnya ada kereta cepat, orang yang merantau ke kabupaten lain bisa ditinggal di desanya masing-masing,” “Sehingga mereka bisa meneruskan kebiasaan-kebiasaan banjarnya mereka, sehingga budayanya Lestari,” jelasnya. Ajus pun punya keinginan besar untuk memajukan tanah kelahirannya. Sebagai anak muda, ia merasakan betul bagaimana perkembangan kehidupan saat ini. (*) https://bali.tribunnews.com/2024/01/09/sosok-ajus-linggih-pemimpin-muda-asal-buleleng-dorong-percepatan-bandara Penulis: Putu Kartika Viktriani | Editor: Ngurah Adi Kusuma |
Angkatan
All
Archives
May 2024
|